Senin, 15 September 2008

"40 Keajaiban Ramadhan" [4]

Selama Ramadhan, Imam Syafi’i menghatamkan Al-Quran enam puluh kali, dua kali dalam semalam di dalam shalat. Inilah 'rahasia 40 Keajaiban Ramadhan' [Habis]

31. Sebagian peristiwa dalam perang Tabuk terjadi pada bulan Ramadhan

Ibnu Hisyam dalam Sirahnya menyebutkan bahwa persiapan perang Tabuk dilakukan sejak bulan Rajab, tahun ke 9 hijriyah untuk mengadapi Rum. Saat itu adalah masa-masa sulit bagi kaum Muslimin di Madinah, karena mereka sedang dilanda masa paceklik, serta cuaca panas yang amat menyengat, sehingga ada beberapa orang yang merasa berat hati untuk ikut serta dalam peperangan, seperti Ka’ab bn Malik.

Walau banyak hambatan, pada akhirnya kaum Muslimin pun berangkat ke Tabuk dengan jumlah yang cukup besar, yaitu sekitar 30.000 tentara.

Namun setelah pasukan kaum Muslimin sampai di Syam yang saat itu berada dalam kekuasaan Rum, pasukan musuh berlindung di dalam benteng-benteng mereka dan enggan keluar. Sehingga Syam bisa dikuasai dengan mudah oleh pasukan Islam dan kewajiban membayar jizyah diberlakukan kepada penduduk Syam yang saat itu beragama Nasrani.

32. Penghancuran berhala Uzza di Bulan Ramadhan

Ibnu Katsir menyebutkan dalam Al Bidayah wa An Nihayah bahwa pada 5 hari terakhir di bulan Ramadhan tahun ke lima hijriyah Rasulullah Saw. mengutus sejumlah pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid guna menghancurkan rumah peribadatan yang digunakan untuk menyembah Uzza. Dan Rasulullah bersabda: “Uzza itu tidak akan diibadahi selamanya!”

33. Penghancuran Latta di Bulan Ramadhan

Ibnu Katsir menyebutkan dalam Al Bidayah wa An Nihayah, bahwa pada tahun ke sembilan hijriyah di bulan Ramadhan datanglah utusan kabilah Tsaqif dari Thaif kepada Rasulullah Saw. untuk menyatakan keislaman.

Karena kabilah Tsaqif sudah memeluk Islam maka Rasulullah dan para sahabat berinisiatif untuk menghancurkan berhala Latta yang biasa mereka sembah, akan tetapi mereka minta izin untuk menghancurkan berhala mereka sendiri, akhirnya Rasulullah Saw. pun mengizinkan. Tak lama kemudian, kabilah Tsaqif menghancurkan berhala mereka sendiri.

34. Andalus ditaklukkan pada bulan Ramadhan

Pada 27 Ramadhan tahun 92 H, pasukan Islam yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad berhasil memasuki Andalus dari arah pesisir, ini adalah hal yang diluar dugaan, sehingga Roderick, penguasa Visigoth Spanyol segera mempersiapkan pasukannya yang berjumlah 25.000.

Setelah menguasai Jabal Thariq dan membakar kapal-kapal yang telah digunakannya, Thariq bin Ziyad berkhutbah di depan pasukannya:”Lautan dibelakang kalian! Musuh di depan kalian!…”. Lalu pecahlah pertempuran antara 12.000 pasukan Muslimin melawan 100.000 tentara Roderick. Yang berakhir dengan tercerai-berainya pasukan Visigoth dan tewasnya Roderick.

35. Pasukan Islam di Andalus mengalahkan Faranjah di bulan Ramadhan

Di pagi hari Jum’at 20 Ramadhan 479 H terjadi peristiwa Zalaqah (yaitu dataran dekat wilayah Portugis). Di mana pasukan Islam yang melakukan penjagaan di wilayah Andalus yang dipimpinan Yusuf bin Tasyifin berhasil mengalahkan pasukan Faranjah (Franks) yang berjumlah 80.000 tentara yang dipimpin oleh Alfons VI yang juga tewas dalam pertempuran itu.

36. Pasukan Mongol dihancurkan di Palestina pada bulan Ramadhan

Hari Jum’at 15 Ramadhan 658 H pasukan Muslim yang dipimpin Saifuddin Qutuz, penguasa dinasti Mamalik di Mesir, berhasil menghancurkan 20.000 tentara Mongol yang dipimpin oleh Qitbuqa.

Para sejarawan menganggap bahwa peristiwa ini amat penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah, dimana pasukan Mongol mengalami kekalahan telak atas kaum Muslimin dan tidak mampu membalas kekalahan itu, sebagaimana yang biasa mereka alami, hingga panglima perangnya Qitbuqa berhasil dieksekusi.

Peperangan ini terjadi di ‘Ain Jalut, yaitu sebuah desa yang terletak antara Bisan dan Nablus. Sehingga peperangan ini dikenal dengan peristiwa ‘Ain Jalut.

37. Pengepungan 60 ribu pasukan Rusia digagalkan oleh 15 ribu pasukan Utsmani23 Ramadhan 1270 H Pada hari ini kekuatan militer Rusia dibawah pimpinan Marsyal Bernes menghentikan kepungannya terhadap kota Selestriya yang terletak di wilayah Qorum, pengepungan yang terjadi selama 35 hari ini tidak membawa dampak yang berarti bagi kekuatan Khalifah Utsmaniyah,walaupun kekuatan militer Rusia mencapai 60 ribuan tentara berhadapan 15 ribu tentara Utsmaniyah yang kebanyakan berasal dari Mesir. Pelajaran yang dapat dipetik adalah kekuatan yang sedikit mampu mengalahkan kekuatan yang besar.

38. Anthokiah jatuh ke tangan kaum Muslimin di bulan RamadhanPemerintahan Anthokiah didirikan oleh Pangeran Wormandi Buwaihimund pada tahun 491 H. Kota ini merupakan kota termegah dengan dikelilingi benteng yang sangat kuat dan dijaga oleh ribuan pasukan secara bergiliran siang dan malam. Walaupun kondisinya demikian kaum Muslimin berhasil menaklukan daerah ini dengan izin Allah Ta’ala dibawah panglima perang Dhohir Bibris. Terhitung empat puluh ribuan mati dan tertawan dari pihak musuh. Kemenangan ini merupakan kemenangan terbesar setelah kemenangan Hitthin. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 Ramadhan 666 H

39. Mesir menghancurkan kekuatan Isreal di Suez pada bulan RamadhanPada tanggal 10 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Oktober 1973 tentara Mesir mampu menembus terusan Suez dan menghancurkan benteng Berlif serta menghancurkan kekuatan tentara Israel. Begitupula tentara Suriah mampu membebaskan beberapa wilayahnya dari tangan Israel. Rakyat Mesir mengenang peperangan ini dengan peristiwa Abour.

Setelah peristiwa ini Israel mulai menyadari kekuatan Mesir dan dataran Sinai kembali ke pangkuan Mesir.

40. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan dalam bulan Ramadhan

17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan yang telah mendera bangsa yang mayoritas Muslim ini, peristiwa itu terjadi pada Jumat terakhir di bulan Ramadhan.

Kemerdekaan ini amatlah perlu untuk kita syukuri, yaitu dengan melaksanakan perintah Allah Ta’ala. Bukan malah mengesampingkan syar’at yang telah ditetapkan-Nya. [Ditulis Thoriq. Pernah dimuat di Majalah Hidayatullah edisi September 2007/www.hidayatullah.com]

Puasa Ramadhan Banyak Diteliti Ilmuwan

Ramadhan punya daya tarik sendiri bagi para ilmuwan. Diantaranya A. M. Johnstone, dari Rowett Research Institute, Aberdeen, Inggris. Menulis puasa di jurnal ilmiah Obesity Reviews dengan judul “Fasting – the ultimate diet?”

Hidayatullah.com--“Salah satu kegiatan keagamaan yang paling banyak dikutip terkait puasa adalah masa Ramadan”, tulis, A. M. Johnstone, dari Rowett Research Institute, Aberdeen, Inggris, di jurnal ilmiah Obesity Reviews dengan judul “Fasting – the ultimate diet?” Puasa Ramadan memang menjadi daya tarik tersendiri bagi ilmuwan. Ada yang meneliti dampaknya pada prestasi atlit, pada pola hidup, juga pada kesehatan janin dan ibu hamil.

Puasa dan sepak bola

Dampak puasa Ramadan pada atlit sepak bola baru-baru ini diteliti oleh Yoav Meckel dan rekannya dari Jurusan Pendidikan Jasmani dan Ilmu Olah Raga, Wingate Institute, Netanya, Israel dan Sekolah Kedokteran, Tel-Aviv University, Israel. Temuannya dimuat European Journal of Applied Physiology, volume 102 (6), 2008 dengan judul “The effect of the Ramadan fast on physical performance and dietary habits in adolescent soccer players” (Pengaruh puasa Ramadan terhadap kemampuan raga dan kebiasaan makan pada pesepak bola dewasa).

Hasil penelitian itu menyebutkan, terdapat sedikit penurunan berarti pada kemampuan tubuh atlit dalam mengolah oksigen, daya tahan kecepatan lari, serta kemampuan melompat. Namun puasa Ramadan tidak begitu berpengaruh pada kemampuan berlari cepat dan kelincahan.

Latihan jasmani intensif setiap hari juga mengalami penurunan selama Ramadan. Tidak terdapat perbedaan nyata dalam hal asupan makanan berkalori ataupun jumlah jam tidur secara keseluruhan antara bulan Ramadan dan bulan biasa.

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat memicu penurunan berarti pada kemampuan berprestasi atlit. Namun di sisi lain, penurunan prestasi ini tidak harus selalu berkaitan dengan perubahan pada asupan kalori maupun jumlah jam tidur selama puasa.

Puasa dan pola hidup

Puasa Ramadan menarik perhatian pula bagi peneliti asal Inggris. Mereka adalah Jim Waterhouse dkk dari Lembaga Penelitian untuk Ilmu Olah Raga dan Latihan, Liverpool John Moores University, Liverpool, Inggris.

Dengan melibatkan 31 orang berusia 18-70 tahun, 14 pria dan 17 wanita, penelitian ini dilakukan 2 minggu pra-Ramadan, 4 minggu dalam bulan Ramadan, dan 2 minggu pasca-Ramadan. Mereka yang diteliti ini diminta menjawab sejumlah daftar pertanyaan lima kali sehari, yakni ketika matahari terbit (sekitar pukul 07:00), pukul 10:00, 14:00, dan di saat matahari terbenam (sekitar pukul 18:30), serta saat beristirahat.

Hasil kajian itu terbit dengan judul “Diurnal changes in sleep, food and fluid intakes, and activity during Ramadan, 2006, in the UK: some preliminary observations” (Perubahan dalam hal tidur, makan dan minum, serta kegiatan di siang hari selama Ramadan 2006 di Inggris: sejumlah pengamatan awal). Mereka menerbitkannya di jurnal ilmiah Biological Rhythm Research, November 2007.

Selama berpuasa Ramadan tidak ada sama sekali asupan makanan dan cairan di siang hari antara terbit dan tenggelamnya matahari. Namun dari penelitian itu diketahui bahwa hal ini tergantikan di jam-jam menjelang matahari terbit (sahur) dan, khususnya, setelah matahari tenggelam (buka puasa). Mereka yang diteliti ini memberikan alasan karena menaati aturan agama tentang puasa dan bukan karena alasan ketiadaan lapar atau haus.

Pola tidur juga berubah selama Ramadan, di mana tidur di siang hari meningkat. Mereka lebih banyak tidur di waktu pagi, antara matahari terbit hingga pukul 10 pagi. Alasan mereka adalah untuk mengganti waktu tidur yang hilang.

Di siang hari, jumlah kegiatan yang melibatkan jiwa, raga dan kemasyarakatan berkurang. Tetapi kegiatan ini meningkat setelah matahari terbenam. Jumlah kegiatan-kegiatan tersebut mereka rasakan hampir menyamai dengan apa yang sebelumnya mereka lakukan.

Puasa dan ibu hamil

Berpengaruh burukkah puasa Ramadan pada ibu hamil dan janinnya? Untuk mengetahui jawabannya, 36 orang ibu hamil sehat berpuasa dan 29 orang ibu hamil sehat tidak berpuasa diteliti di rumah sakit universitas Gaziantep, Turki selama satu bulan Ramadan penuh.

Hasil penelitian Dikensoy dkk ini dipaparkan jurnal ilmiah terbitan Jerman, Archives of Gynecology and Obstetrics, Mei 2008, dengan judul “The effect of Ramadan fasting on maternal serum lipids, cortisol levels and fetal development” (Pengaruh puasa Ramadan terhadap kadar lemak dan hormon kortisol serum ibu, serta perkembangan janin).

Pada ibu hamil yang berpuasa, yang tidak memiliki masalah kehamilan selama 20 minggu atau lebih, ditemukan mengalami peningkatan kadar hormon kortisol di dalam darah, sedangkan rasio LDL/HDL menurun.

Ibu hamil yang berpuasa dan yang tidak berpuasa ditemukan tidak mengalami perbedaan dalam hal pertambahan berat badan ibu, pertambahan bobot bayi teramati, kesehatan bayi, jumlah air ketuban, dan keadaan pembuluh darah tali pusar. Dengan kata lain puasa Ramadan tidak berpengaruh buruk pada perkembangan bayi.

Puasa, ibadah manusiawi

Hasil kajian ilmiah tentang pengaruh puasa Ramadan pada jiwa, raga, kesehatan dan pola hidup telah banyak diteliti ilmuwan. Yang tersebut di atas hanyalah sedikit contoh saja. Namun begitu, penelitian tersebut setidaknya telah mengungkap sejumlah sisi menarik. Yakni bahwa puasa Ramadan tersebut bukanlah dalam rangka memberikan kesusahan atau dampak buruk pada manusia, karena Allah, yang mewajibkan kita berpuasa, adalah Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, dan Mahatahu atas kondisi hamba-Nya:

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah, 2:185). [cr/www.hidayatullah.com]